PEMBELAJARAN
BERDIFERENSIASI
Pebelajaran berdiferensiasi dalam
dunia Pendidikan bukanlah hal baru. Menurut ahli (Carol Ann Tomlinson &
Moon, 2014), ,emyatakan pembelajaran berdiferensiasi sebagai pembelajaran yang
mampu melayani, memberikan ruang dan fasilitas sesuai dengan kebutuhan belajar,
minat dan profil belajar mereka. Guru memberikan fasilitas kepada murid sesuai
dengan apa yang mereka butuhkan. Hal ini terjadi karena setiap murid memiliki
ciri khas yang berbeda antar satu dengan yang lain. Maka dari itu mereka juga
tidak bisa diberikan perlakukan dalam tingkatan yang sama. Pembelajaran
berdiferensiasi ini berfokus pada pemberian perlakua terhadap murid sesuai
dengan kebutuhannya. Profil Pancasila juga turut andil sebagai acuan utama
untuk mengakomodir kebutuhan belajar. Pembelajaran berdiferensiasi ialah
serangakaian proses yang runtut untuk mencari tahu tentang siswa dan sikap
mereka dalam merespon berdasar perbedaan. Apabila guru dapat belajar dan
memahami perbedaan muridya dalam proses pembelajaran, maka pembelajaran yang
diharapkan professional akan terwujud. Maka dari itu dalam penerapan
pembelajarannya, guru harus Menyusun kegiatan ini dengan masuk akal dan bersifat
adil, sehingga mereka nantinya tidak akan berpikir seperti dibedakan berdasar
kemampuannya. Faktanya, mereka hanya dibedakan dalam pemberian perlakuan yang
lebih baik sesuai dengan tingkat kemampuannya.
Ada
pun ciri-ciri atau karakteristik pembelajaran berdifernsiasi yang dikemukakan
oleh Ann Tomlinson:
1. Pembelajaran
berfokus pada tahap konsep dan prinsip pokok yang berkaitan dengan kompetensi
dasar (KD)
2. Pemetaan
kebutuhan peserta didik berdasarkan pada kebutuhan peserta didik termasuk dalam
merancang startegi pembelajaran
3. Pengelompokan
peserta didik dilakukan secara fleksibel, mandiri atau berkelompok berdasar
tiingkat kecerdasan, modalitas belajar dan lainnya
4. Peserta
didik secara aktif berkesplorasi dibawah bimbingan dan arahan guru.
Pembelajaran berdiferensiasi menurut
(Marlina, 2020) dalam bukunya menyatakan, sejatinya pembelajaran ini melihat
siswa itu bersifat dinamis dan berbeda. Maka dari itu, diharapkan sekolah harus
memiliki perencanaan pembelajaran berdiferensiasi seperti:
1.
Menguji kurikulum yang ada sesuai dengan kekuatan dan kelemahan siswa.
2.Membuat
perencanaan dan strategi sekolah yang sesuai dengan kurikulum dan metode
pembelajaran yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan siswa.
3.
Menjelaskan bentuk sikap dukungan guru dalam memenuhi kebutuhan siswa.
4.
Menguji dan menilai pencapaian rencana sekolah secara berkala.
KERAGAMAN
ANAK DI KELAS
Menurut
Tomlinson (2001), ada tiga cara untuk memetakan kebutuhan belajar peserta
didik, yaitu:
- Kesiapan belajar peserta didik
(readiness)
Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk
mempelajari materi baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat
kesiapan peserta didik akan membawa peserta didik keluar dari zona nyaman
mereka
- Minat peserta didik
Peserta didik juga memiliki minat sendiri. Ada peserta didik
yang minatnya sangat besar dalam bidang seni, matematika, sains, drama,
memasak, dsb. Minat adalah salah satu motivator penting bagi peserta didik
untuk dapat ‘terlibat aktif’ dalam proses pembelajaran.
- Profil belajar peserta didik.
Profil belajar peserta didik terkait dengan banyak faktor,
seperti: bahasa, budaya, kesehatan, keadaan keluarga, dan kekhususan lainnya.
Selain itu juga akan berhubungan dengan gaya belajar seseorang.
Gaya belajar menurut Learning modalities ada 3 jenis:
1. Auditori
menerima informasi lebih mudah melalui suara
2. Visual
menerika informasi lebih mudah melalui gambar
3. Kinestetik
menerika informasi lebih mudah melalui aktivitas fisik atau
belajar praktik secara langsung
Comments
Post a Comment